Krisis Keuangan – Walgreens, salah satu rantai apotek terbesar di Amerika Serikat, mengumumkan akan menutup sekitar 1.200 toko mereka. Penutupan gerai-gerai ini merupakan langkah besar yang diambil sebagai akibat dari masalah keuangan yang dihadapi perusahaan. Walgreens, yang dikenal sebagai jaringan apotek dengan ribuan toko di seluruh AS, tidak mampu lagi mengatasi tantangan finansial yang semakin menumpuk.
Langkah ini juga diambil sebagai upaya perusahaan untuk mengurangi biaya operasional dan menjaga stabilitas keuangan di tengah perubahan pola konsumen dan persaingan yang semakin ketat di industri ritel dan layanan kesehatan.
Penutupan Gerai Walgreens: Menghadapi Persaingan dan Penurunan Pendapatan
Penutupan 1.200 toko Walgreens dilakukan sebagai bagian dari upaya perusahaan yang sedang berjuang menghadapi berbagai tantangan, seperti persaingan ketat dari toko daring (online) serta penurunan pembayaran obat resep. Dengan semakin banyaknya konsumen yang beralih ke platform daring untuk memenuhi kebutuhan mereka, Walgreens harus mengambil langkah drastis untuk tetap bisa bertahan.
Penutupan tersebut direncanakan berlangsung hingga tahun 2027. Sebagai bagian dari langkah pemulihan keuangan, Walgreens juga menyatakan bahwa mereka akan menutup sekitar 500 toko dalam setahun ke depan. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk menurunkan biaya operasional dan mencoba menstabilkan kondisi keuangan di tengah persaingan yang semakin sulit.
Kelanjutan dari Penutupan Sebelumnya: Fokus pada Gerai Menguntungkan
Keputusan Walgreens untuk menutup 1.200 gerai merupakan kelanjutan dari pengumuman yang dibuat pada Juni 2023. Pada saat itu, Walgreens menyatakan akan menutup 300 toko yang berkinerja buruk, yang dianggap tidak memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.
Walgreens mengungkapkan bahwa sekitar seperempat dari seluruh toko mereka tidak menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan memutuskan untuk fokus pada gerai-gerai yang lebih menguntungkan, dengan harapan bisa meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk bersaing lebih baik di industri yang semakin ketat.
Penjualan Meningkat, Tapi Walgreens Masih Alami Kerugian Besar
Walgreens mencatat peningkatan penjualan sebesar 6 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu. Meskipun penjualan meningkat, perusahaan masih melaporkan kerugian hingga US$ 3 miliar, atau setara dengan Rp46,5 triliun (dengan perkiraan kurs Rp15.500 per dolar AS).
Kerugian besar ini terutama disebabkan oleh penghapusan nilai pada rantai farmasi di China dan penyedia layanan perawatan rumah, CareCitrix. Tantangan finansial yang dihadapi Walgreens memperlihatkan betapa sulitnya perusahaan ini untuk tetap stabil di tengah kondisi pasar yang terus berubah dan semakin kompetitif.
Analis ritel dan Direktur Pelaksana GlobalData Retail, Neil Saunders, menyatakan bahwa penutupan toko-toko Walgreens ini adalah gambaran dari perusahaan yang sedang menghadapi masalah dan berusaha memperbaiki arah. Langkah ini diambil untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan di tengah penurunan kinerja beberapa unit bisnisnya.
Walgreens Hadapi Tantangan Berat, Penutupan Gerai Jadi Solusi
“Walgreens telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memperluas bisnis melalui akuisisi, namun mengabaikan dasar-dasar operasional toko dan ritelnya. Ini menyebabkan banyak outlet yang mengalami penurunan penjualan dan tidak lagi menguntungkan,” ujar Neil Saunders, analis ritel dan Direktur Pelaksana GlobalData Retail. Hal ini menjelaskan mengapa banyak toko Walgreens yang tidak lagi mampu memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, sehingga keputusan untuk menutup gerai dianggap sebagai langkah terbaik untuk memperbaiki kondisi bisnis.
Meskipun situasi ini terjadi, saham Walgreens (WBA) naik hampir 4 persen pada perdagangan prapasar, meskipun sepanjang tahun 2023 sahamnya telah mengalami penurunan hingga 70 persen. Hal ini menggambarkan bahwa para investor melihat upaya restrukturisasi ini sebagai langkah positif untuk stabilitas keuangan jangka panjang.
Penutupan toko Walgreens terjadi di tengah situasi yang sulit bagi rantai apotek di Amerika Serikat secara keseluruhan. Tidak hanya Walgreens, beberapa rantai apotek besar lainnya seperti CVS dan Rite Aid juga mengalami penurunan keuntungan. Hal ini disebabkan oleh turunnya tarif penggantian obat resep serta persaingan ketat dari perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Amazon yang semakin menguasai pasar layanan kesehatan daring.
Krisis di Industri Apotek: CVS dan Walgreens Berjuang Bertahan
Industri apotek di Amerika Serikat sedang menghadapi tekanan besar. Pada awal Oktober 2023, CVS mengumumkan pengurangan sekitar 2.900 pekerjaan sebagai bagian dari inisiatif penghematan biaya senilai US$ 2 miliar. Pengurangan ini sebagian besar berdampak pada pekerjaan di kantor pusat dan menambah daftar pengurangan sekitar 5.000 pekerjaan yang telah dilakukan setahun sebelumnya.
Selain itu, sektor apotek yang menjual kebutuhan rumah tangga dan makanan ringan juga menghadapi tekanan dari para pesaing besar seperti Target dan Dollar General, yang semakin memperluas jangkauannya, terutama di daerah pedesaan. Ini mengakibatkan apotek-apotek tradisional harus berjuang untuk tetap relevan dan menarik konsumen.
Pada Mei 2023, Walgreens terpaksa menurunkan harga lebih dari 1.000 produk dalam upaya untuk menarik kembali konsumen yang semakin sensitif terhadap inflasi. CEO Walgreens, Tim Wentworth, menyatakan bahwa proses pemulihan akan memakan waktu, namun ia yakin langkah-langkah yang diambil saat ini akan memberikan manfaat finansial yang signifikan dalam jangka panjang.
Namun, analis ritel Neil Saunders menambahkan bahwa penutupan toko Walgreens ini juga mencerminkan pengakuan atas kegagalan manajemen sebelumnya dalam menjaga fundamental bisnis. Menurutnya, langkah-langkah pemulihan yang dilakukan saat ini merupakan upaya untuk memperbaiki kesalahan masa lalu yang telah membuat banyak gerai tidak lagi menguntungkan.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.